BTS Tetap Penting: Pakar Ungkap Kelemahan Starlink di Kota

Menara Base Transceiver Station (BTS) yang digunakan untuk jaringan seluler tetap diperlukan meskipun internet satelit seperti Starlink telah hadir di Indonesia. Menurut Ridwan Effendi, Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), jaringan terestrial seperti BTS sangat penting untuk daerah dengan kepadatan lalu lintas telekomunikasi yang tinggi, terutama di perkotaan. Fiber optik memiliki kecepatan yang jauh lebih tinggi, mencapai ribuan Mbps, yang tidak mungkin dicapai oleh sistem satelit.

Ridwan menjelaskan bahwa sistem komunikasi satelit tidak dapat menggantikan seluruh sistem komunikasi yang ada saat ini dan hanya dapat mendukung kebutuhan khusus, terutama di daerah dengan kepadatan penduduk rendah atau wilayah terpencil. Internet satelit, seperti Starlink, sangat bermanfaat bagi daerah remote atau daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) yang sulit dijangkau oleh jaringan darat.

Namun, layanan internet satelit ini tidak mendukung panggilan telepon biasa dan pesan singkat (SMS). Internet satelit tidak mendapatkan hak penomoran dan interkoneksi dengan jaringan selular atau PSTN manapun, sehingga tidak bisa menjalankan teleponi berbasis IP dan messaging berbasis IP yang terhubung dengan jaringan selular.

Sementara itu, telepon dan SMS masih sangat diperlukan karena memiliki keunggulan kualitas dan keamanan dibandingkan dengan sambungan internet. Penggunaan panggilan telepon seluler sangat penting untuk panggilan darurat dan SMS banyak digunakan untuk konfirmasi akun dan pemasaran langsung.

Direktur Utama Telkom Indonesia, Ririek Adriansyah, juga menegaskan bahwa teknologi internet satelit lebih efektif untuk wilayah 3T karena biaya pembangunan BTS di wilayah tersebut sangat mahal. Di wilayah perkotaan yang padat penduduk, internet fiber optik lebih disarankan karena kapasitasnya yang sangat besar.

Menkominfo Budi Arie mengakui bahwa Starlink tidak cocok digunakan di wilayah perkotaan dan lebih cocok untuk daerah 3T. Kombinasi berbagai teknologi komunikasi, termasuk satelit GEO dan LEO, diperlukan untuk mengatasi kondisi geografis Indonesia yang beragam.

Sebelumnya, Menteri Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa kehadiran Starlink dapat mengurangi kebutuhan akan menara BTS, namun pakar berpendapat bahwa kedua teknologi ini saling melengkapi dan tidak saling menggantikan.


Promo SPINPEDIA88: Slot Deposit 1000 via DANA dengan Akun VIP

Nikmati kemudahan bermain slot di SPINPEDIA88 dengan deposit minimal hanya 1000 melalui DANA. Dapatkan keistimewaan akun VIP yang menawarkan layanan eksklusif dan peluang menang lebih besar. Daftar sekarang di SPINPEDIA88 atau link alternatif SPINPEDIA88 dan rasakan pengalaman bermain yang seru, aman, dan menguntungkan di platform terpercaya kami. Jangan lewatkan kesempatan ini untuk bergabung dan memenangkan hadiah menarik di SPINPEDIA88!

Perbandingan Luma AI dan Sora: Siapa yang Lebih Unggul?

Di tengah berkembangnya teknologi kecerdasan buatan (AI), aplikasi teks-ke-video menjadi semakin populer. Sora dari OpenAI adalah salah satu teknologi yang menarik perhatian, meskipun saat ini masih belum tersedia untuk publik. Sebagai alternatif, Dream Machine merilis Luma AI, sebuah inovasi baru yang menawarkan teknik serupa dengan hasil yang cukup memuaskan.

Dream Machine sebelumnya telah dikenal melalui aplikasinya yang memungkinkan pengguna mengambil foto 3D dengan iPhone. Kini, mereka memperluas jangkauan ke video generatif, yang bisa diakses secara gratis menggunakan akun Google, dengan beberapa batasan.

Pembuatan video AI di Luma AI sangat mudah. Pengguna hanya perlu mengetikkan perintah atau prompt ke dalam kolom pencarian, dan hasilnya akan muncul di akun mereka setelah beberapa saat. Video yang dihasilkan bisa diunduh, meskipun versi gratisnya diberi tanda air.

Luma AI menunjukkan potensi besar dalam menghadirkan teknologi video generatif kepada masyarakat luas. Dengan kemudahan akses dan penggunaan gratis, Luma AI menjadi pilihan menarik bagi pengguna yang ingin menjelajahi teknologi AI dalam pembuatan video.

Di sisi lain, Sora dari OpenAI, meskipun belum dirilis untuk umum, diperkirakan akan membawa inovasi yang lebih canggih dan hasil yang lebih mengesankan. Perbandingan antara kedua teknologi ini akan semakin menarik seiring dengan perkembangan dan rilis resmi Sora di masa mendatang.

Sementara menunggu perkembangan lebih lanjut dari Sora, Luma AI sudah memberikan gambaran tentang masa depan pembuatan video berbasis AI yang lebih mudah diakses dan digunakan oleh publik.


Promo Spesial dari Gigaspin88

Bergabunglah dengan Gigaspin88 dan nikmati pengalaman bermain game online terbaik! Dapatkan berbagai permainan menarik di Slot Server Thailand dengan peluang jackpot besar dan kemenangan yang menggiurkan. Daftarkan diri Anda sekarang dan nikmati bonus deposit pertama hingga 1k! Jangan lewatkan kesempatan emas ini untuk meraih kemenangan besar di Gigaspin88. Segera bergabung dan rasakan sensasi bermain yang luar biasa di Slot Depo 1k. Selamat bermain dan semoga keberuntungan selalu menyertai Anda!

Temuan Jejak Kaki di Maroko: Fakta atau Mitos Kenaikan Laut?

Baru-baru ini, sebuah klaim yang beredar luas mengungkapkan bahwa penemuan jejak kaki kuno di Maroko menjadi bukti bahwa permukaan laut pernah naik drastis di masa lalu. Dalam sebuah postingan X, Steve Milloy, mantan kontributor Fox News, mengklaim bahwa jejak kaki tersebut menunjukkan permukaan laut 20-30 meter lebih tinggi sekitar 90.000 tahun lalu, saat tingkat CO2 pra-industri sebesar 275 ppm. Klaim ini merujuk pada sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Briefing pada Januari lalu.

Namun, penelitian tersebut sebenarnya berfokus pada jejak kaki Homo Sapiens di pantai Afrika Utara tanpa mengaitkan temuan ini dengan perubahan iklim global. Juan Morales, profesor di Universitas Huelva dan salah satu peneliti, menyatakan bahwa penelitian mereka tidak menghubungkan temuan ini dengan perubahan iklim.

Morales menjelaskan bahwa penemuan jejak kaki manusia purba di pantai Maroko menunjukkan bahwa permukaan laut 95 ribu tahun lalu mungkin tidak jauh berbeda dengan saat ini. Fenomena isostatic rebound, yaitu kenaikan daratan akibat hilangnya berat lapisan es, menjadi salah satu penjelasan yang mungkin. Ahli geomorfologi pesisir dari Trinity College, Iris Moller, menambahkan bahwa tabrakan lempeng Afrika dan Eurasia menyebabkan pengangkatan pantai yang terkadang disalahartikan sebagai kenaikan permukaan laut.

Laporan IPCC PBB tahun 2021 menunjukkan bahwa rata-rata permukaan air laut meningkat dari 1,3 mm per tahun pada periode 1901–1971 menjadi 3,7 mm per tahun pada 2006–2018. Essam Heggy dari University of Southern California mengonfirmasi bahwa kenaikan permukaan laut global telah meningkat lebih cepat sejak tahun 1900 dibandingkan perubahan selama ribuan tahun sebelumnya.


Nikmati Bonus dan Jackpot di Gigaspin88

Bergabunglah dengan Gigaspin88 dan nikmati pengalaman bermain game online terbaik! Kami menawarkan berbagai permainan menarik dengan peluang jackpot besar dan kemenangan yang menggiurkan. Daftarkan diri Anda sekarang dan dapatkan bonus welcome hingga 100%! Jangan lewatkan kesempatan ini untuk meraih kemenangan besar di Gigaspin88. Segera bergabung dan rasakan sensasi bermain yang luar biasa!

Studi: Keterlambatan Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun Berisiko ‘Gagal’ di Usia 16-17 Tahun

Jakarta – Pentingnya Kesiapan Sekolah

Kesiapan sekolah pada usia 4-5 tahun memainkan peran penting dalam memprediksi risiko pengangguran dan putus sekolah pada usia 16-17 tahun. Hal ini diungkapkan dalam sebuah penelitian yang dipimpin oleh University of Leeds dan Lancaster University.

Risiko Anak dengan Keterlambatan Perkembangan

Penelitian yang dilakukan di Inggris ini menemukan bahwa anak-anak yang mengalami keterlambatan perkembangan pada usia 4-5 tahun memiliki risiko tiga kali lebih besar untuk tidak melanjutkan pendidikan, bekerja, atau mengikuti pelatihan pada usia 16-17 tahun. Anak-anak dalam penelitian ini dinilai menggunakan Early Years Foundation Stage Profile. Mereka yang mencapai ambang batas ‘tingkat perkembangan yang baik’ dianggap siap untuk bersekolah.

Temuan Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11% anak-anak yang tidak siap sekolah menjadi Not in Education, Employment or Training (NEET) atau tidak melanjutkan pendidikan, bekerja, maupun mengikuti pelatihan pada usia 16-17 tahun. Sebaliknya, hanya 4% dari anak-anak yang siap sekolah yang mengalami kondisi serupa.

Dampak pada Pendidikan Sekunder

Kerugian awal ini juga berdampak pada pencapaian di tingkat pendidikan sekunder, yang diukur dengan General Certificate of Secondary Education (GCSE). Dari anak-anak yang tidak siap sekolah, hanya 44% yang mencapai GCSE di level 2 (kelas 4 atau lebih tinggi) dalam bahasa Inggris, matematika, dan lima mata pelajaran lainnya. Sebagai perbandingan, 77% dari anak-anak yang siap sekolah mencapai hasil tersebut.

Pentingnya Intervensi Dini

Tim peneliti yang juga terdiri dari akademisi dari Lancaster University dan Bradford Institute for Health Research, menekankan perlunya intervensi dini oleh sekolah untuk mengurangi kerugian di kemudian hari. Hal ini sejalan dengan pesan dari serangkaian laporan N8 Child of the North dan Center for Young Lives yang mengutamakan pentingnya perhatian terhadap anak-anak dan remaja.

Data sebagai Alat Prediksi

Dr. Amy Atkinson, Dosen Departemen Psikologi di Lancaster University, menjelaskan bahwa “Data dari Early Years Foundation Stage Profile tersedia untuk jutaan anak-anak dan remaja di Inggris. Informasi ini dapat, dan harus, digunakan untuk mengidentifikasi murid-murid yang berisiko lebih tinggi menjadi NEET.”

Dukungan Penelitian

Penelitian ini didanai oleh National Institute for Health and Care Research, UK Prevention Research Partnership, Medical Research Council, dan donasi anonim kepada University of Leeds untuk memungkinkan Dr. Warburton menyelidiki masalah NEET.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Para peneliti menyoroti bahwa ketersediaan data memungkinkan penilaian risiko NEET pada usia 16-17 tahun, namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami proyeksi ini dalam jangka waktu yang lebih lama. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya kesiapan sekolah pada usia dini dan perlunya intervensi yang tepat untuk mencegah risiko putus sekolah dan pengangguran di masa depan.

Baca artikel detikedu, “Studi: Anak yang Terlambat Berkembang pada Usia 4-5, Berisiko ‘Gagal’ di Usia 16-17” selengkapnya.

Kesiapan sekolah pada usia 4-5 tahun memainkan peran penting dalam memprediksi risiko pengangguran dan putus sekolah pada usia 16-17 tahun. Hal ini diungkapkan dalam sebuah penelitian yang dipimpin oleh University of Leeds dan Lancaster University.

Risiko Anak dengan Keterlambatan Perkembangan

Penelitian yang dilakukan di Inggris ini menemukan bahwa anak-anak yang mengalami keterlambatan perkembangan pada usia 4-5 tahun memiliki risiko tiga kali lebih besar untuk tidak melanjutkan pendidikan, bekerja, atau mengikuti pelatihan pada usia 16-17 tahun. Anak-anak dalam penelitian ini dinilai menggunakan Early Years Foundation Stage Profile. Mereka yang mencapai ambang batas ‘tingkat perkembangan yang baik’ dianggap siap untuk bersekolah.

Temuan Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11% anak-anak yang tidak siap sekolah menjadi Not in Education, Employment or Training (NEET) atau tidak melanjutkan pendidikan, bekerja, maupun mengikuti pelatihan pada usia 16-17 tahun. Sebaliknya, hanya 4% dari anak-anak yang siap sekolah yang mengalami kondisi serupa.

Dampak pada Pendidikan Sekunder

Kerugian awal ini juga berdampak pada pencapaian di tingkat pendidikan sekunder, yang diukur dengan General Certificate of Secondary Education (GCSE). Dari anak-anak yang tidak siap sekolah, hanya 44% yang mencapai GCSE di level 2 (kelas 4 atau lebih tinggi) dalam bahasa Inggris, matematika, dan lima mata pelajaran lainnya. Sebagai perbandingan, 77% dari anak-anak yang siap sekolah mencapai hasil tersebut.

Pentingnya Intervensi Dini

Tim peneliti yang juga terdiri dari akademisi dari Lancaster University dan Bradford Institute for Health Research, menekankan perlunya intervensi dini oleh sekolah untuk mengurangi kerugian di kemudian hari. Hal ini sejalan dengan pesan dari serangkaian laporan N8 Child of the North dan Center for Young Lives yang mengutamakan pentingnya perhatian terhadap anak-anak dan remaja.

Data sebagai Alat Prediksi

Dr. Amy Atkinson, Dosen Departemen Psikologi di Lancaster University, menjelaskan bahwa “Data dari Early Years Foundation Stage Profile tersedia untuk jutaan anak-anak dan remaja di Inggris. Informasi ini dapat, dan harus, digunakan untuk mengidentifikasi murid-murid yang berisiko lebih tinggi menjadi NEET.”

Dukungan Penelitian

Penelitian ini didanai oleh National Institute for Health and Care Research, UK Prevention Research Partnership, Medical Research Council, dan donasi anonim kepada University of Leeds untuk memungkinkan Dr. Warburton menyelidiki masalah NEET.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Para peneliti menyoroti bahwa ketersediaan data memungkinkan penilaian risiko NEET pada usia 16-17 tahun, namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami proyeksi ini dalam jangka waktu yang lebih lama. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya kesiapan sekolah pada usia dini dan perlunya intervensi yang tepat untuk mencegah risiko putus sekolah dan pengangguran di masa depan.

Kunjungi Gigaspin88 untuk promosi menarik dan bonus besar!